Kajian Break Event Point (BEP) Program "Makan Bergizi Gratis" DPW Pelita Prabu Sulawesi Tengah
Di dalam konteks Program “Makan Bergizi Gratis” ini, Break Even Point (BEP) menunjukkan pada jumlah paket/hari (atau paket/bulan) tertentu di mana total pendapatan sama persis dengan total biaya (tidak untung dan tidak rugi).
Untuk memudahkan, kita akan membandingkan dua skema:
- Skema Awal/Original (sebelum ada penyesuaian gaji, sewa kendaraan, dsb.)
- Skema Saran/Rekomendasi (dengan penyesuaian biaya tenaga kerja, negosiasi sewa kendaraan, dsb.).
Catatan:
- Perhitungan BEP berikut memakai metode sederhana ala akuntansi manajemen, yaitu memisahkan biaya yang dianggap variabel (per paket) dan tetap (bulanan).
- Hasil akhirnya berupa jumlah paket/bulan (atau paket/hari) sebagai titik impas.
A. KONSEP DASAR PERHITUNGAN BEP
Harga Jual per Paket (Revenue per Unit)
- Total: Rp15.000
- Rinciannya: Rp10.000 untuk bahan baku + Rp5.000 untuk overhead/operasional.
- Total: Rp15.000
Biaya Variabel per Paket (Variable Cost per Unit)
- Bahan baku makanan: Rp10.000
- Pembagian ke Pelita Prabu: Rp1.000 (per paket/hari)
- Nilai susut barang dapur: Rp300
- Total Biaya Variabel = Rp10.000 + Rp1.000 + Rp300 = Rp11.300
Marjin Kontribusi per Paket (Contribution Margin)
Biaya Tetap (Fixed Cost)
- Diambil dari total komponen overhead bulanan yang tidak tergantung pada naik-turunnya jumlah paket (misalnya sewa bangunan, gaji karyawan, dsb.), ditambah porsi “biaya tak terduga” yang biasanya kita perlakukan sebagai bagian dari total biaya tetap.
Rumus BEP (Unit)
Konversi ke Paket/Hari
- Jika program berjalan 20 hari efektif per bulan, maka:
B. SKEMA AWAL (ORIGINAL)
Dari kajian sebelumnya (contoh untuk 3.500 penerima), diperoleh total biaya overhead bulanan sekitar Rp283,815 juta. Angka tersebut meliputi:
- Biaya tetap + Biaya variabel (susut + Pelita Prabu) + Biaya tak terduga (5%).
Jika kita pecah:
- Biaya Tetap murni (sewa gedung, sewa kendaraan, gaji karyawan, gas, listrik, air, dsb.) ± Rp179,300,000
- Biaya Variabel (susut + Pelita Prabu) untuk 70.000 paket/bulan (3.500/hari × 20 hari) ± Rp91,000,000
- Biaya Tak Terduga (5%) ± Rp13,515,000
Dalam metode BEP, kita pindahkan komponen yang sifatnya benar-benar “tetap” ke biaya tetap. Sedangkan yang jelas “naik-turun seiring paket” ke biaya variabel.
- Sudah jelas: “susut” Rp300/paket dan “Pelita Prabu” Rp1.000/paket adalah variabel.
- Bahan baku Rp10.000/paket juga variabel (namun langsung kita masukkan ke dalam Biaya Variabel per Paket).
Untuk penyederhanaan, kita jadikan:
- Biaya Tetap Bulanan ≈ Rp179,300,000 + porsi tak terduga (yang 5% tadi) → Rp192,815,000.
- (179,300,000 + 13,515,000 = 192,815,000)
- Biaya Variabel per Paket = Rp11.300 (sudah termasuk susut dan Pelita Prabu).
1. BEP Bulanan (Skema Awal)
2. BEP per Hari (Skema Awal)
Jika 1 bulan efektif = 20 hari,
Artinya, vendor butuh memproduksi dan menjual sekitar 2.605 paket/hari supaya impas. Ketika realisasi penerima adalah 3.500/hari (atau bahkan 6.000/hari), vendor sudah di atas titik impas dan akan meraih keuntungan bersih.
C. SKEMA SARAN (REKOMENDASI)
Pada skema revisi, ada beberapa perubahan:
- Gaji karyawan naik (misalnya dari Rp2 juta ke Rp2,4 juta)
- Biaya sewa kendaraan bisa turun (dinegosiasi)
- Penggunaan gas sedikit dikurangi (atau memakai tabung besar industri)
Hasil akhirnya:
- Biaya Tetap Baru kira-kira naik dari segi gaji, tapi turun pada sewa kendaraan dan gas. Dari kajian terperinci, total “biaya tetap” kita hitung ± Rp191,300,000 sebelum biaya tak terduga, lalu ditambah 5% tak terduga.
Misalnya (untuk 3.500 penerima) kita dapat:
- Biaya Tetap ± Rp191,300,000 + 5% tak terduga Rp205,415,000.
- Biaya Variabel/paket = sama, Rp11.300 (karena bahan baku + Pelita + susut tidak berubah).
Catatan: Angka pastinya bisa bervariasi tergantung bagaimana kita mengelompokkan biaya gas (sebagian orang memasukkan gas sebagai variabel). Di sini, kita sederhanakan sebagai “tetap” per bulan karena perkiraan pemakaian cenderung stabil jika jumlah penerima sudah “pasti.”
1. BEP Bulanan (Skema Revisi)
2. BEP per Hari (Skema Revisi)
Pada kondisi 3.500 penerima/hari (lebih besar daripada 2.776 paket/hari), vendor tetap memperoleh laba bersih.
D. RINGKASAN TABEL BEP
Untuk memudahkan perbandingan (asumsi 20 hari kerja/bulan):
Skema | Biaya Tetap/ Bulan | V.C./ Paket | MC/ Paket | BEP (paket/ bln) | BEP (paket/ hari) |
---|---|---|---|---|---|
Awal (Original) | ±Rp192.815.000 | Rp11.300 | Rp3.700 | ±52.100 | ±2.605 |
Revisi (Saran) | ±Rp205.415.000 | Rp11.300 | Rp3.700 | ±55.510 | ±2.776 |
- Biaya Tetap sudah termasuk porsi “biaya tak terduga (5%)” di kedua skema.
- V.C./Paket (Variable Cost) tidak berubah (Rp11.300), karena bahan baku Rp10.000, susut Rp300, dan Pelita Rp1.000.
E. KESIMPULAN & SARAN
Perbedaan BEP
- Pada Skema Awal, vendor perlu menjual ±2.605 paket/hari agar tidak rugi.
- Pada Skema Revisi, BEP naik sedikit menjadi ±2.776 paket/hari. Kenaikan ini wajar karena ada peningkatan gaji karyawan sehingga biaya tetap naik.
Dampak ke Keuntungan
- Jika realisasi penerima, misalnya 3.500/hari atau 6.000/hari, maka vendor berada di atas BEP dan memperoleh laba bersih setiap bulannya.
- Skema Revisi cenderung menguntungkan karyawan (gaji lebih tinggi), namun margin vendor sedikit turun—meski secara umum masih cukup sehat.
Fleksibilitas Pengelompokan Biaya
- Dalam praktik, sebagian biaya (misalnya gas, listrik, air) bisa bersifat semi-variabel. Namun, untuk kajian sederhana, kita masukkan ke biaya tetap agar perhitungannya mudah.
- Jika kelak harga gas melonjak atau jumlah paket bertambah signifikan, disarankan memecah lagi komponen mana yang benar-benar “tetap” dan mana yang proporsional dengan jumlah paket.
Monitoring & Evaluasi
- Selama program berjalan, vendor perlu mencatat biaya riil dan memantau volume paket.
- Jika realisasi paket/hari menurun di bawah BEP (misal ada libur panjang atau penurunan penerima), vendor berisiko rugi dan mungkin butuh subsidi/penyesuaian.
- Jika realisasi paket/hari meningkat, vendor akan memperoleh profit lebih tinggi—namun mungkin memerlukan penambahan tenaga kerja atau peningkatan kapasitas dapur.
Dengan demikian, analisis Break Even Point ini memudahkan penentu kebijakan dan vendor untuk memahami titik minimal (paket/hari) agar tidak mengalami kerugian, baik pada Skema Awal maupun Skema Revisi.
Comments
Post a Comment